By : AndreeSulistio
14/10/2010 07:43 PM
1. Pengendalian Biologi, Konspirasi di Balik PemusnahanManusia
--------------------------------------------------------------------------------
Hidup di dunia ini bagikan hidup di arena tipu muslihat dan penghianatan. Sejak Adam a.s. diturunkan kemuka bumi, selalu saja ada pertentangan antara kebaikan
dan keburukan. Lalu sejak zaman mesir kuno dunia sudah mengenal pertentangan itu sebagai konspirasi. Era-pun berganti, jika salah satu konspirasi zaman
dahulu dibuat oleh tukang batu (freemasonry). Maka sejak Era Industri, dunia sudah membuat periode konspirasi yang termutakhir yaitu pengendalian biologi.
Dibalik Pemusnahan Suku Indian
Jauh sebelum Amerika Serikat terbentuk menjadi sebuah negara, kekuatan yang mengatur dan mengendalikan tanah yang baru tersebut adalah terorisme, pemusnahan
masal, dan perang biologi melalui penyebaran kuman-kuman dan penyakit-penyakit terhadap penduduk aslinya. Salah satu penyerangan yang tercatat dalam sejarah
adalah yang dilakukan oleh Jendral Jeffrey Amherst.
Beberapa data yang tertuang dalam the Atlas of the North American Indian, and the Conspiracy of Pontiac and the Indian War after the Conquest of Canada,
menunjukkan bahwa pahlawan militer yang terkenal ini, telah “menyetujui” pendistribusian selimut dan sapu tangan yang telah terkontaminasi bibit cacar
untuk digunakan sebagai alat perang wabah penyakit terhadap Indian Amerika. Bahkan ada bukti tertulis berupa surat yang ditulis sendiri oleh Jeffrey Amherst.
Spoiler for Jeffrey Amherst[/spoiler
Dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet Komandan angkatan bersenjata Inggris, Jenderal Amherst bertanya “Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman
bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu? Dalam hal ini kita harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat mengurangi jumlah
mereka.” Bouquet menjawab, “Saya akan mencoba untuk menularkan penyakit tersebut kepada mereka melalui selimut-selimut yang akan jatuh ke tangan mereka
dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ikut tertular.”
Sangat jelas terdokumentasikan dalam catatan milik William Trent tertanggal Mei 24, 1763, seorang komandan militer lokal dari Pittsburgh. “Kami memberi
mereka dua selimut dan sebuah sapu tangan yang kami ambil dari Small Pox Hospital. Saya harap hal itu akan menimbulkan dampak yang diharapkan.” Epidemi
cacar secara cepat tersebar diantara lelaki, wanita dan anak-anak suku Pontiac(suku Indian).
Jenderal Amherst sangat terkesan atas hasil yang sangat efektif pada perang kuman tersebut, sehingga dalam suratnya kepada kolonel Henry Bouquet tertanggal
16 Juli 1763, dia mengesahkan PERANG BIOLOGI SEBAGAI KEBIJAKAN RESMI AMERIKA dan memerintahkan penyebaran selimut-selimut yang telah terinfeksi campak
untuk “memusnahkan para Indian” dan menyarankan agar Bouquet “mencoba metode-metode lain yang dapat memusnahkan ras yang buruk ini.” Dalam suratnya tertanggal
26 Juli 1763, Bouquet menjawab surat Amherst dan mengkonfirmasikan bahwa “seluruh petunjuk anda akan kami perhatikan”.
Seratus tahun kemudian, Secara berkala, penggunaan kuman sebagai senjata dalam peperangan telah menjadi kebijakan AS. Secara berkala, sepanjang abad ke
19, angkatan bersenjata AS menyebarkan selimut-selimut dan benda-benda lain yang telah terkontaminasi bibit penyakit kepada suku asli Amerika, termasuk
mereka yang telah ditahan di kemp-kemp konsentrasi (Pemerintah secara resmi menyebut lokasi ini sebagai “wilayah reservasi/ reservations”). Tujuan dari
serangan biologi ini adalah untuk memusnahkan dan membunuh sebanyak mungkin Indian Amerika, jika tidak menghancurkan mereka semua.
Pemerintahan awal Amerika, juga kemudian Pemerintahan Amerika Serikat yang berdiri secara sah, tidak pernah menganggap Suku asli Amerika sebagai manusia.
(Mereka menganggap suku asli sebagai makhluk yang tidak diinginkan, dan berkualitas dibawah manusia.)
Agen penyebar penyakit yang digunakan yang tercatat dalam sejarah bukan hanya cacar. Saat ini merekapun menggunakan Variola, yang dapat disimpan dalam
kondisi kering, juga kolera dan cacar. Metoda penyebaran yang mereka pilih masih melalui penyebaran selimut-selimut dan alat-alat lain yang didistribusikan
kepada para Indian.
Di tahun 1900, Angkatan bersenjata Amerika Serikat mulai bereksperimen dengan berbagai macam senjata biologi, sebagian diantaranya digunakan pada tahanan
perang baik warga Amerika maupun asing. Para korban termasuk lima orang tahanan warga Filipina yang tercemar berbagai macam jenis penyakit, dan 29 tahanan
yang secara sengaja ditularkan penyakit beri-beri.
Di tahun 1915, Agen-agen pemerintah mulai melakukan percobaan dengan racun-racun yang dapat menyerang dan menghancurkan otak dan sistem syaraf pusat. Dua
belas orang Amerika yang ditahan di penjara Mississippi tercemar pellagra. (kekurangan Vitamin B3 atau niacin).
Warga Puerto Rico yang Malang
Pada tahun 1931, Dr. Cornellius Rhoads, seorang agen pemerintah yang dikontrak oleh Rockefeller Institute for Medical Investigation, mulai menginjeksi
laki-laki, perempuan dan anak-anak dengan sel-sel kanker. Sebagai Ketua Divisi Senjata Biologi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, dan juga sebagai anggota
komisi energi atom, Rhoads menjalankan radiasi rahasia yang dilakukan terhadap ribuan warga AS yang tidak dicurigai.
Dalam surat-suratnya untuk Departermen Pertahanan, Rhoads secara gambalang menyebutkan "pembasmian" para pemberontak dengan menggunakan "bom kuman". Pada
saat ditanya mengenai penduduk Puerto Rico, Dr. Rhoads menulis, " Yang dibutuhkan kepulauan itu bukanlah pekerjaan bagi kesehatan umum, tetapi sebuah ombak
pasang, yang dapat menghabiskan seluruh populasi ".
Dr. Rhoads lebih lanjut mengatakan, " Orang-orang Puerto Rico adalah ras manusia yang paling jorok, paling malas, paling berbahaya dan ras pencuri yang
pernah hidup di bumi ini. Saya telah melakukan yang terbaik yang saya mampu untuk melakukan proses pemusnahan, dengan melakukan proses pembunuhan terhadap
delapan dan mentransplantasi kanker ke beberapa lagi.... Semua ahli kesehatan menerimanya dengan senang hati dalam penyiksaan atas korban yang tak berdaya."
Dr. Rhoads mengklaim telah menginjeksi ratusan orang Puerto Rico dengan sel kanker.
[spoiler=Dr. Cornellius Rhoads]
Eksperimen Siphilis
Pada 1931, Pemerinta Amerika Serikat mulai melakukan eksperimen dengan siphilis. Korban pertama yang dikenal adalah seorang kulit hitam yang tinggal di
Tuskegee, Alabama. Di tahun 1932, dokter-dokter pada Pelayanan Kesehatan Umum tidak melakukan pengobatan terhadap pasien yang terinfeksi dalam dalam rangka
mempelajari perkembangan penyakit tersebut pada subjek hidup. Para pasien tidak mengetahui bahwa mereka dijadikan eksperimen pada studi yang diakui secara
resmi oleh pemerintah itu. Mereka pikir mereka mendapatkan pengobatan untuk penyakitnya. Padahal, mereka diberi obat-obatan palsu.
Sepuluh tahun berikutnya, ribuan warga Amerika terekspos berbagai macam agen biologi dan kimia. Ini termasuk 400 tahanan di penjara Chicago pada tahun
1942. Mereka semua terinfeksi malaria dalam rangka memperoleh "profil dari penyakit tersebut".
Pemerintah Amerika Serikat juga memberika izin bagi Komisi Energi Amerika untuk secara rahasia menginjeksi pasien-pasien rumah sakit dengan Plutonium agar
mendapatkan "Profil" efek jangka panjang. Sebagian besar individu ini menjadi sakit parah dan kemudian meninggal.
Anthtrax
Amerika Serikat dan Inggris mulai melakukan kerja sama dalam pengembangan "Bom Anthrax" yang mereka rencanakan untuk dijatuhkan di kota-kota di Jerman.
Target potensial termasuk juga Berlin, Hamburg, Frankfurt, Aachen dan Wilhelmshafen.
Karena Jerman menyerah sebelum bom-bom Antrhax ini diuji pada penduduk Jerman, (target nonmiliter) bom biologis itu kemudian dijatuhkan di pedesaan Gurnard,
sebuah pulau di sebelah barat laut Skotlandia. Sebagian besar sapi dan penduduk desa mengidap penyakit parah dan kemudian tewas, dan pulau tersebut tak
berpenghuni hingga dari 45 tahun.
Begitupun dengan yang dikirimkan USA pada perang teluk yang mematikan ke militer Irak. Sebagian propaganda menyebutkan bahwa USA mengirim beberapa senjata
biologi dan kimia untuk Saddam Husein, untuk memusnahkan suku Kurdi yang justru menjadi ujung tombak sendiri bagi Saddam Hussein. Hal ini juga diduga sebagai
bahan laporan untuk penelitian ilmuwan mengenai efek-efek yang ditimbulkan dari bahan tersebut.
"FBI menutup-nutupi fakta karena mereka tahu bahwa serangan Anthrax itu adalah pekerjaan orang dalam" (Dr. Barbara Hatch R.)
OPERATION PAPERCLIP
Pada akhir masa Perang Dunia II, Amerika Serikat memperkerjakan ratusan dokter NAZI dan Jepang yang telah melakukan eksperimen-eksperimen yang sadis dan
tidak manusiawi terhadap tahanan perang. Salah satu dokter sadis yang telah melakukan berbagai kejahatan terhadap manusia melalui eksperimen-eksperimennya
adalah Direktur Angkatan Kerajaan Jepang unit perang biologi, Dr. Ishii.
Ishii bereksperimen dengan shyphilis, typhoid-laced tomatoes, tetanus, plague-infected fleas, selain juga bom-bom bibit penyakit yang dijatuhkan ke penduduk
sipil dan tahanan yang diikat telanjang di tiang kayu guna melakukan eksperimen.
Spoiler for Dr.Ishii
PART 2 @ POST #2
View bbcode
AndreeSulistio
- 14/10/2010 07:44 PM
#2
Pengendalian Biologi, Konspirasi di Balik Pemusnahan Manusia Part 2--------------------------------------------------------------------------------
Kelahiran HIV/AIDS
Hingga akhir 1960-an, Ilmuwan-ilmuwan di bawah pengawasan CIA, di Divisi Operasi khusus Fort Detrick, laboratorium dengan keamanan tingkat tinggi, mulai
memperoleh kemajuan yang signifikan dalam pengembangan penyakit-penyakit yang menyerang sistem imun tubuh.
Pada tahun 1969, Dr. Robert MacMahan dari Departermen Pertahanan meminta dan menerima $ 10 juta dana dari kongres AS untuk mengembangkan agen Biologi buatan
yang tidak ada imunitas alami yang dapat menahannya.
Dalam Kongres dia mengatakan :
"Ada dua hal tentang bidang agen biologi yang ingin saya sebutkan. Pertama adalah kemungkinan kejutan teknologi. Biologi molekuler adalah bidang yang berkembang
sangat cepat dan ahli-ahli biologi terkenal percaya bahwa dalam periode waktu 5 hingga 10 tahun akan sangat mungkin diciptakan sebuah agen biologi buatan,
suatu agen yang secara alami tidak ada, dan dimana imunitas alami pun tidak ada. Dalam 5 hingga 10 tahun, sangat mungkin untuk diciptakan mikroorganisme
penyakit yang dapat dibedakan dalam aspek-aspek tertentu dari organisme-organisme penyakit lainnya. Yang terpenting dari semua ini adalah penyakit tersebut
kebal terhadap proses imunisasi atau terapi apa pun di saat kita hendak melepaskan diri dari penyakit ini"
Jakob Segal, mengungkapkan bahwa USA telah berhasil menciptakan AIDS untuk disebarkan kepada manusia. Menurut Segal, HIV/ AIDS diciptakan di Fort Detrick,
Maryland, dengan cara menggabungkan genom Viral dari Visna dan HTLV-1, karena keduanya hampir identik dengan HIV genome.
Pada 1957, saat melakukan eksperimen vaksin polio, Dr. Hillary Koprowski, menggunakan jaringan ginjal monyet yang telah dijangkiti virus yang dekat dengan
AIDS, SV40, kemudian mengawasi proses injeksi vaksin yang telah terkontaminasi tersebut terhadap ratusan ribu orang negro Afrika. Anehnya mengapa percobaan
itu tidak dilakukan saja kepada orang-orang Amerika sendiri. Meskipun begitu ia menolak bahwa ia ikut dalam penciptaan HIV/AIDS dan Koprowski juga menolak
jika mereka menciptakan vaksin polio dengan gainjal monyet.
Spoiler for Dr. Hillary Koprowski
Pada 1978, Centers for Disease Control (CDC) mulai mengeluarkan advertensi bagi homoseksual yang ingin berpartisipasi dalam "Percobaan vaksin Hepatitis
B". Percobaan pertama yang dilakukan oleh CDC adalah di New York, Los Angeles, San Fransisco, pada tahun yang sama. Pada tahun 1981 kasus AIDS pertama
diketahui terjangkit pada laki-laki homoseksual di New York, Los Angeles, dan San Fransisco, membangkitkan spekulasi bahwa AIDS mungkin telah di tulari
melalui vaksin hepatitis B.
Wangari Maathai mengungkapkan bahwa dia yakin AIDS adalah senjata biologi yang sengaja diciptkanan.
Spoiler for Wangari Maathai
"Sebagian orang mengatakan bahwa Aids datang dari monyet, tapi saya meragukan hal itu, karena kami telah hidup bersama-sama monyet sejak dahulu kala, yang
lain mengatakan bahwa hal itu merupakan kutukan tuhan, tapi saya katakan itu tidak mungkin"
"saya tidak memiliki gambaran siapa yang menciptakan AIDS dan apakah itu merupakan suatu agen Biologi atau buan. Tapi saya tahu pasti hal-hal seperti itu
tidak akan begitu saja jatuh dari langit. Saya selalu berpikir bahwa sangat penting untuk menyampaikan kebenaran kepada setiap orang, tapi saya rasa ada
beberapa kebenaran yang tidak boleh terlalu diekspos"
Flu Burung
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menuduh World Health Organization (WHO) dan USA melakukan konspirasi dalam pengumpulan sampel-sampel virus flu burung
dan produksi-produksi vaksinnya.(The Jakarta Post/03/16/2008).
"Saya katakan kepada WHO bahwa mekanisme mereka dalam mengumpulkan virus-virus dari negara-negara berkembang sangat tidak adil. Cara yang sama sebuah negara
imperialis memperlakukan koloninya"
Selanjutnya ibu Siti Fadilah Supari marah ketika mengetahui sampel H5N1 yang ia kirimkan ke WHO ternyata digunakan secara ekslusif oleh 15 orang ilmuwan
di laboratorium Amerika Serikat di Los Alamos.
Spoiler for Siti Fadilah Supari
(Saya rasa Indonesia sangat beruntung memiliki beliau)(Lebih Lengkap tentang Siti Fadilah Supari, ini link ke thread saya yang lain.
Siti Fadilah Supari: Flu Burung Adalah 'Man-Made Disease'
*****)
NAMRU
Siti Fadilah Supari pernah berkata dalam sebuah wawancara, bahwa laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) yang berada di Indonesia untuk melakukan penelitian
atas penyakit-penyakit tropis sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun pada negara tuan rumah, dan tidak transparan dalam operasinya. Menteri mengatakan
bahwa laboratorium Angkatan Laut AS di Jakarta telah menerima sampel virus dari seluruh bagian Indonesia, tetapi sekarang sudah dihentikan. "Kami tidak
tahu apa yang terjadi dengan virus-virus yang kami kirimkan itu."
Spoiler for Endang Rahayu S
Endang Rahayu Sedyaningsih adalah salah satu WNI yang berwenang ata keberadaan laboratorium Namru 2 (Naval Medical Research Unit/NAMRU-2), wanita yang
pernah menjadi staf litbang Depkes ini, dituding oleh mantan Menkes sebelumnya, Siti Fadilah Supari, sebagai orang orang yang mengirimkan spesimen virus
influenza A (H5N1) ke laboratorium NAMRU-2 saat Departemen Kesehatan yang saat itu dia pimpin memutuskan untuk menghentikan pengiriman spesimen guna memprotes
mekanisme pertukaran virus WHO yang tidak adil.
Dia memiliki akses untuk keluar masuk dengan bebas di Namru. Aktivitasnya ini kemudian diketahui oleh Siti. Karena ketahuan itulah kemudian Endang dimutasi
jabatannya dan diminta untuk minta maaf kepada Siti Fadilah.
Mengenai kedekatannya dengan orang-orang di laboratorium riset Angkatan Laut Amerika ini, Endang mengatakan sebagai peneliti dia sering berhubungan dengan
lembaga-lembaga riset di dalam dan luar negeri termasuk Namru 2 dan mengenal orang-orang yang bekerja di sana.
"Jadi saya dekat dengan Namru, saya dekat dengan Belanda, saya dekat dengan NIID (National Institute of Infectious Diseases) di Jepang, saya dekat dengan
China, ada penelitian malaria. Sebagai peneliti kita dekat dan bekerja sama. Jadi tidak ada saya dekat dengan ini, tidak dekat dengan itu. Itu semua berbasis
profesional kerjasama," tegas Menkes Endang Rahayu ketika ditanya perihal kedekatannya dengan Namru, Kamis (22/10).
dan keburukan. Lalu sejak zaman mesir kuno dunia sudah mengenal pertentangan itu sebagai konspirasi. Era-pun berganti, jika salah satu konspirasi zaman
dahulu dibuat oleh tukang batu (freemasonry). Maka sejak Era Industri, dunia sudah membuat periode konspirasi yang termutakhir yaitu pengendalian biologi.
Dibalik Pemusnahan Suku Indian
Jauh sebelum Amerika Serikat terbentuk menjadi sebuah negara, kekuatan yang mengatur dan mengendalikan tanah yang baru tersebut adalah terorisme, pemusnahan
masal, dan perang biologi melalui penyebaran kuman-kuman dan penyakit-penyakit terhadap penduduk aslinya. Salah satu penyerangan yang tercatat dalam sejarah
adalah yang dilakukan oleh Jendral Jeffrey Amherst.
Beberapa data yang tertuang dalam the Atlas of the North American Indian, and the Conspiracy of Pontiac and the Indian War after the Conquest of Canada,
menunjukkan bahwa pahlawan militer yang terkenal ini, telah “menyetujui” pendistribusian selimut dan sapu tangan yang telah terkontaminasi bibit cacar
untuk digunakan sebagai alat perang wabah penyakit terhadap Indian Amerika. Bahkan ada bukti tertulis berupa surat yang ditulis sendiri oleh Jeffrey Amherst.
Spoiler for Jeffrey Amherst[/spoiler
Dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet Komandan angkatan bersenjata Inggris, Jenderal Amherst bertanya “Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman
bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu? Dalam hal ini kita harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat mengurangi jumlah
mereka.” Bouquet menjawab, “Saya akan mencoba untuk menularkan penyakit tersebut kepada mereka melalui selimut-selimut yang akan jatuh ke tangan mereka
dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ikut tertular.”
Sangat jelas terdokumentasikan dalam catatan milik William Trent tertanggal Mei 24, 1763, seorang komandan militer lokal dari Pittsburgh. “Kami memberi
mereka dua selimut dan sebuah sapu tangan yang kami ambil dari Small Pox Hospital. Saya harap hal itu akan menimbulkan dampak yang diharapkan.” Epidemi
cacar secara cepat tersebar diantara lelaki, wanita dan anak-anak suku Pontiac(suku Indian).
Jenderal Amherst sangat terkesan atas hasil yang sangat efektif pada perang kuman tersebut, sehingga dalam suratnya kepada kolonel Henry Bouquet tertanggal
16 Juli 1763, dia mengesahkan PERANG BIOLOGI SEBAGAI KEBIJAKAN RESMI AMERIKA dan memerintahkan penyebaran selimut-selimut yang telah terinfeksi campak
untuk “memusnahkan para Indian” dan menyarankan agar Bouquet “mencoba metode-metode lain yang dapat memusnahkan ras yang buruk ini.” Dalam suratnya tertanggal
26 Juli 1763, Bouquet menjawab surat Amherst dan mengkonfirmasikan bahwa “seluruh petunjuk anda akan kami perhatikan”.
Seratus tahun kemudian, Secara berkala, penggunaan kuman sebagai senjata dalam peperangan telah menjadi kebijakan AS. Secara berkala, sepanjang abad ke
19, angkatan bersenjata AS menyebarkan selimut-selimut dan benda-benda lain yang telah terkontaminasi bibit penyakit kepada suku asli Amerika, termasuk
mereka yang telah ditahan di kemp-kemp konsentrasi (Pemerintah secara resmi menyebut lokasi ini sebagai “wilayah reservasi/ reservations”). Tujuan dari
serangan biologi ini adalah untuk memusnahkan dan membunuh sebanyak mungkin Indian Amerika, jika tidak menghancurkan mereka semua.
Pemerintahan awal Amerika, juga kemudian Pemerintahan Amerika Serikat yang berdiri secara sah, tidak pernah menganggap Suku asli Amerika sebagai manusia.
(Mereka menganggap suku asli sebagai makhluk yang tidak diinginkan, dan berkualitas dibawah manusia.)
Agen penyebar penyakit yang digunakan yang tercatat dalam sejarah bukan hanya cacar. Saat ini merekapun menggunakan Variola, yang dapat disimpan dalam
kondisi kering, juga kolera dan cacar. Metoda penyebaran yang mereka pilih masih melalui penyebaran selimut-selimut dan alat-alat lain yang didistribusikan
kepada para Indian.
Di tahun 1900, Angkatan bersenjata Amerika Serikat mulai bereksperimen dengan berbagai macam senjata biologi, sebagian diantaranya digunakan pada tahanan
perang baik warga Amerika maupun asing. Para korban termasuk lima orang tahanan warga Filipina yang tercemar berbagai macam jenis penyakit, dan 29 tahanan
yang secara sengaja ditularkan penyakit beri-beri.
Di tahun 1915, Agen-agen pemerintah mulai melakukan percobaan dengan racun-racun yang dapat menyerang dan menghancurkan otak dan sistem syaraf pusat. Dua
belas orang Amerika yang ditahan di penjara Mississippi tercemar pellagra. (kekurangan Vitamin B3 atau niacin).
Warga Puerto Rico yang Malang
Pada tahun 1931, Dr. Cornellius Rhoads, seorang agen pemerintah yang dikontrak oleh Rockefeller Institute for Medical Investigation, mulai menginjeksi
laki-laki, perempuan dan anak-anak dengan sel-sel kanker. Sebagai Ketua Divisi Senjata Biologi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, dan juga sebagai anggota
komisi energi atom, Rhoads menjalankan radiasi rahasia yang dilakukan terhadap ribuan warga AS yang tidak dicurigai.
Dalam surat-suratnya untuk Departermen Pertahanan, Rhoads secara gambalang menyebutkan "pembasmian" para pemberontak dengan menggunakan "bom kuman". Pada
saat ditanya mengenai penduduk Puerto Rico, Dr. Rhoads menulis, " Yang dibutuhkan kepulauan itu bukanlah pekerjaan bagi kesehatan umum, tetapi sebuah ombak
pasang, yang dapat menghabiskan seluruh populasi ".
Dr. Rhoads lebih lanjut mengatakan, " Orang-orang Puerto Rico adalah ras manusia yang paling jorok, paling malas, paling berbahaya dan ras pencuri yang
pernah hidup di bumi ini. Saya telah melakukan yang terbaik yang saya mampu untuk melakukan proses pemusnahan, dengan melakukan proses pembunuhan terhadap
delapan dan mentransplantasi kanker ke beberapa lagi.... Semua ahli kesehatan menerimanya dengan senang hati dalam penyiksaan atas korban yang tak berdaya."
Dr. Rhoads mengklaim telah menginjeksi ratusan orang Puerto Rico dengan sel kanker.
[spoiler=Dr. Cornellius Rhoads]
Eksperimen Siphilis
Pada 1931, Pemerinta Amerika Serikat mulai melakukan eksperimen dengan siphilis. Korban pertama yang dikenal adalah seorang kulit hitam yang tinggal di
Tuskegee, Alabama. Di tahun 1932, dokter-dokter pada Pelayanan Kesehatan Umum tidak melakukan pengobatan terhadap pasien yang terinfeksi dalam dalam rangka
mempelajari perkembangan penyakit tersebut pada subjek hidup. Para pasien tidak mengetahui bahwa mereka dijadikan eksperimen pada studi yang diakui secara
resmi oleh pemerintah itu. Mereka pikir mereka mendapatkan pengobatan untuk penyakitnya. Padahal, mereka diberi obat-obatan palsu.
Sepuluh tahun berikutnya, ribuan warga Amerika terekspos berbagai macam agen biologi dan kimia. Ini termasuk 400 tahanan di penjara Chicago pada tahun
1942. Mereka semua terinfeksi malaria dalam rangka memperoleh "profil dari penyakit tersebut".
Pemerintah Amerika Serikat juga memberika izin bagi Komisi Energi Amerika untuk secara rahasia menginjeksi pasien-pasien rumah sakit dengan Plutonium agar
mendapatkan "Profil" efek jangka panjang. Sebagian besar individu ini menjadi sakit parah dan kemudian meninggal.
Anthtrax
Amerika Serikat dan Inggris mulai melakukan kerja sama dalam pengembangan "Bom Anthrax" yang mereka rencanakan untuk dijatuhkan di kota-kota di Jerman.
Target potensial termasuk juga Berlin, Hamburg, Frankfurt, Aachen dan Wilhelmshafen.
Karena Jerman menyerah sebelum bom-bom Antrhax ini diuji pada penduduk Jerman, (target nonmiliter) bom biologis itu kemudian dijatuhkan di pedesaan Gurnard,
sebuah pulau di sebelah barat laut Skotlandia. Sebagian besar sapi dan penduduk desa mengidap penyakit parah dan kemudian tewas, dan pulau tersebut tak
berpenghuni hingga dari 45 tahun.
Begitupun dengan yang dikirimkan USA pada perang teluk yang mematikan ke militer Irak. Sebagian propaganda menyebutkan bahwa USA mengirim beberapa senjata
biologi dan kimia untuk Saddam Husein, untuk memusnahkan suku Kurdi yang justru menjadi ujung tombak sendiri bagi Saddam Hussein. Hal ini juga diduga sebagai
bahan laporan untuk penelitian ilmuwan mengenai efek-efek yang ditimbulkan dari bahan tersebut.
"FBI menutup-nutupi fakta karena mereka tahu bahwa serangan Anthrax itu adalah pekerjaan orang dalam" (Dr. Barbara Hatch R.)
OPERATION PAPERCLIP
Pada akhir masa Perang Dunia II, Amerika Serikat memperkerjakan ratusan dokter NAZI dan Jepang yang telah melakukan eksperimen-eksperimen yang sadis dan
tidak manusiawi terhadap tahanan perang. Salah satu dokter sadis yang telah melakukan berbagai kejahatan terhadap manusia melalui eksperimen-eksperimennya
adalah Direktur Angkatan Kerajaan Jepang unit perang biologi, Dr. Ishii.
Ishii bereksperimen dengan shyphilis, typhoid-laced tomatoes, tetanus, plague-infected fleas, selain juga bom-bom bibit penyakit yang dijatuhkan ke penduduk
sipil dan tahanan yang diikat telanjang di tiang kayu guna melakukan eksperimen.
Spoiler for Dr.Ishii
PART 2 @ POST #2
View bbcode
AndreeSulistio
- 14/10/2010 07:44 PM
#2
Pengendalian Biologi, Konspirasi di Balik Pemusnahan Manusia Part 2--------------------------------------------------------------------------------
Kelahiran HIV/AIDS
Hingga akhir 1960-an, Ilmuwan-ilmuwan di bawah pengawasan CIA, di Divisi Operasi khusus Fort Detrick, laboratorium dengan keamanan tingkat tinggi, mulai
memperoleh kemajuan yang signifikan dalam pengembangan penyakit-penyakit yang menyerang sistem imun tubuh.
Pada tahun 1969, Dr. Robert MacMahan dari Departermen Pertahanan meminta dan menerima $ 10 juta dana dari kongres AS untuk mengembangkan agen Biologi buatan
yang tidak ada imunitas alami yang dapat menahannya.
Dalam Kongres dia mengatakan :
"Ada dua hal tentang bidang agen biologi yang ingin saya sebutkan. Pertama adalah kemungkinan kejutan teknologi. Biologi molekuler adalah bidang yang berkembang
sangat cepat dan ahli-ahli biologi terkenal percaya bahwa dalam periode waktu 5 hingga 10 tahun akan sangat mungkin diciptakan sebuah agen biologi buatan,
suatu agen yang secara alami tidak ada, dan dimana imunitas alami pun tidak ada. Dalam 5 hingga 10 tahun, sangat mungkin untuk diciptakan mikroorganisme
penyakit yang dapat dibedakan dalam aspek-aspek tertentu dari organisme-organisme penyakit lainnya. Yang terpenting dari semua ini adalah penyakit tersebut
kebal terhadap proses imunisasi atau terapi apa pun di saat kita hendak melepaskan diri dari penyakit ini"
Jakob Segal, mengungkapkan bahwa USA telah berhasil menciptakan AIDS untuk disebarkan kepada manusia. Menurut Segal, HIV/ AIDS diciptakan di Fort Detrick,
Maryland, dengan cara menggabungkan genom Viral dari Visna dan HTLV-1, karena keduanya hampir identik dengan HIV genome.
Pada 1957, saat melakukan eksperimen vaksin polio, Dr. Hillary Koprowski, menggunakan jaringan ginjal monyet yang telah dijangkiti virus yang dekat dengan
AIDS, SV40, kemudian mengawasi proses injeksi vaksin yang telah terkontaminasi tersebut terhadap ratusan ribu orang negro Afrika. Anehnya mengapa percobaan
itu tidak dilakukan saja kepada orang-orang Amerika sendiri. Meskipun begitu ia menolak bahwa ia ikut dalam penciptaan HIV/AIDS dan Koprowski juga menolak
jika mereka menciptakan vaksin polio dengan gainjal monyet.
Spoiler for Dr. Hillary Koprowski
Pada 1978, Centers for Disease Control (CDC) mulai mengeluarkan advertensi bagi homoseksual yang ingin berpartisipasi dalam "Percobaan vaksin Hepatitis
B". Percobaan pertama yang dilakukan oleh CDC adalah di New York, Los Angeles, San Fransisco, pada tahun yang sama. Pada tahun 1981 kasus AIDS pertama
diketahui terjangkit pada laki-laki homoseksual di New York, Los Angeles, dan San Fransisco, membangkitkan spekulasi bahwa AIDS mungkin telah di tulari
melalui vaksin hepatitis B.
Wangari Maathai mengungkapkan bahwa dia yakin AIDS adalah senjata biologi yang sengaja diciptkanan.
Spoiler for Wangari Maathai
"Sebagian orang mengatakan bahwa Aids datang dari monyet, tapi saya meragukan hal itu, karena kami telah hidup bersama-sama monyet sejak dahulu kala, yang
lain mengatakan bahwa hal itu merupakan kutukan tuhan, tapi saya katakan itu tidak mungkin"
"saya tidak memiliki gambaran siapa yang menciptakan AIDS dan apakah itu merupakan suatu agen Biologi atau buan. Tapi saya tahu pasti hal-hal seperti itu
tidak akan begitu saja jatuh dari langit. Saya selalu berpikir bahwa sangat penting untuk menyampaikan kebenaran kepada setiap orang, tapi saya rasa ada
beberapa kebenaran yang tidak boleh terlalu diekspos"
Flu Burung
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menuduh World Health Organization (WHO) dan USA melakukan konspirasi dalam pengumpulan sampel-sampel virus flu burung
dan produksi-produksi vaksinnya.(The Jakarta Post/03/16/2008).
"Saya katakan kepada WHO bahwa mekanisme mereka dalam mengumpulkan virus-virus dari negara-negara berkembang sangat tidak adil. Cara yang sama sebuah negara
imperialis memperlakukan koloninya"
Selanjutnya ibu Siti Fadilah Supari marah ketika mengetahui sampel H5N1 yang ia kirimkan ke WHO ternyata digunakan secara ekslusif oleh 15 orang ilmuwan
di laboratorium Amerika Serikat di Los Alamos.
Spoiler for Siti Fadilah Supari
(Saya rasa Indonesia sangat beruntung memiliki beliau)(Lebih Lengkap tentang Siti Fadilah Supari, ini link ke thread saya yang lain.
Siti Fadilah Supari: Flu Burung Adalah 'Man-Made Disease'
*****)
NAMRU
Siti Fadilah Supari pernah berkata dalam sebuah wawancara, bahwa laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) yang berada di Indonesia untuk melakukan penelitian
atas penyakit-penyakit tropis sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun pada negara tuan rumah, dan tidak transparan dalam operasinya. Menteri mengatakan
bahwa laboratorium Angkatan Laut AS di Jakarta telah menerima sampel virus dari seluruh bagian Indonesia, tetapi sekarang sudah dihentikan. "Kami tidak
tahu apa yang terjadi dengan virus-virus yang kami kirimkan itu."
Spoiler for Endang Rahayu S
Endang Rahayu Sedyaningsih adalah salah satu WNI yang berwenang ata keberadaan laboratorium Namru 2 (Naval Medical Research Unit/NAMRU-2), wanita yang
pernah menjadi staf litbang Depkes ini, dituding oleh mantan Menkes sebelumnya, Siti Fadilah Supari, sebagai orang orang yang mengirimkan spesimen virus
influenza A (H5N1) ke laboratorium NAMRU-2 saat Departemen Kesehatan yang saat itu dia pimpin memutuskan untuk menghentikan pengiriman spesimen guna memprotes
mekanisme pertukaran virus WHO yang tidak adil.
Dia memiliki akses untuk keluar masuk dengan bebas di Namru. Aktivitasnya ini kemudian diketahui oleh Siti. Karena ketahuan itulah kemudian Endang dimutasi
jabatannya dan diminta untuk minta maaf kepada Siti Fadilah.
Mengenai kedekatannya dengan orang-orang di laboratorium riset Angkatan Laut Amerika ini, Endang mengatakan sebagai peneliti dia sering berhubungan dengan
lembaga-lembaga riset di dalam dan luar negeri termasuk Namru 2 dan mengenal orang-orang yang bekerja di sana.
"Jadi saya dekat dengan Namru, saya dekat dengan Belanda, saya dekat dengan NIID (National Institute of Infectious Diseases) di Jepang, saya dekat dengan
China, ada penelitian malaria. Sebagai peneliti kita dekat dan bekerja sama. Jadi tidak ada saya dekat dengan ini, tidak dekat dengan itu. Itu semua berbasis
profesional kerjasama," tegas Menkes Endang Rahayu ketika ditanya perihal kedekatannya dengan Namru, Kamis (22/10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar