Ikhlas adalah sebuah kata yang mudah diucap dan ditulis namun dilaen sisi, ikhlas adalah sesuatu hal yang paling berat serta sulit bagi jiwa untuk melakukannya dan memang begitulah kenyataannya. Sebagaimana seorang ulama pernah ditanya “Apakah sesuatu yang paling berat bagi jiwa?” maka ulama tsb menjawab “Ikhlas. Sebab dengan ikhlas itu jiwa tidak mendapat bagian apa-apa”. Ucapan ulama tsb benar karena dengan ikhlas anda tidak akan mendapatkan bagian apa-apa dari sisi manusia namun disisi Alloh anda akan diberi pahala yang tak terbatas.
Dan sekarang apa definisi ikhlas??...
Definisi ikhlas sangat banyak sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama. Diantaranya:
a.Menyendirikan Alloh sebagai tujuan dalam ketaatan.
b.Membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk.
c.Menjaga amal dari perhatian manusia dan termasuk pula diri sendiri.
d.Seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan mendapatkan keridhaanNya.
e.Sesuatu yang paling mulia didunia
f.Rahasia antara Alloh dan HambaNya yang tidak diketahui kecuali oleh malaikat yang mencatatnya.
g.Membersihkan amal dari segala campuran.
Begitulah beberapa definisi ikhlas dan anda tidak perlu bingung menghadapinya karena meskipun pengertiannya berbeda-beda akan tetapi tujuannya sama yaitu untuk bertaqarrub hanya kepada Alloh dan mengharap ridho serta pahala dariNya.
Dan singkat makna, ikhlas itu adalah anda beramal atau beribadah dengan niatan untuk mendekatkan diri kepada Alloh, memohon ampunan dosa, mengharap ridhoNya dengan cara yang diajarkan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan berusaha untuk menghindari dari sanjungan atau pujian dari orang lain.
Kemudian suatu saat anda mendapat masalah seperti ini, anda sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari pujian dari orang lain akan tetapi anda masih saja mendapat pujian. Bagaimana hukumnya? Apakah amal anda gugur? Para ulama menetapkan empat perincian :
1.Bahwa mendapat pujian disaat selesai beramal tidak menggugurkan amal asalkan disaat sebelum beramal anda tidak mempunyai niat untuk mendapat pujian tsb.
Contohnya, anda sholat 2 roka’at ba’da maghrib. Disaat sholat anda benar-benar ikhlas karena Alloh, iitiba’ dan tidak memperdulikan apakah sholat anda diperhatikan manusia atau tidak. Kemudian setelah selesai sholat ada seseorang berkata seraya memuji anda seperti ini “MasyaAlloh, sholat anda terlihat khusyuk sekali”. Maka dalam kasus ini, pahala amal anda utuh dan tidak gugur, Insya Alloh.
2.Jika anda sebelum beramal sudah mempunyai niat untuk selain Alloh dan agar mendapat pujian dari orang lain maka amal anda gugur disisi Alloh meskipun dihadapan manusia amalan anda terlihat sah.
Contohnya, anda meniatkan zakat kepada tetangga anda hanya karena anda ingin disebut sebagai dermawan atau orang kaya. Maka dalam kasus ini amalan anda tidak diterima disisi Alloh meskipun manusia memandang perbuatan anda itu baik.
3.Jika anda diawal berniat ikhlas karena Alloh kemudian dipertengahan saat anda beramal anda menambahkan niat agar dipuji orang lain. Maka dalam point ini ada perincian lagi:
a.Jika anda membatalkan niat yang pertama yaitu ikhlas karena Alloh maka amalan anda gugur disisi Alloh karena anda malah mengganti dengan niat agar dipuji orang lain.
Contohnya, suatu saat anda menjadi dosen dan mengajar. Disaat awal mengajar anda berniat ikhlas karena Alloh kemudian selang beberapa menit ada mahasiswa idola anda masuk (karena dia cerdas). Kemudian saat itu juga anda mengubah niat anda agar dikatakan dosen yang profesional. Maka amal anda tidak bermanfaat apa-apa karena pahalanya telah gugur.
b.Jika anda tetap mempunyai niat ikhlas karena Alloh kemudian anda menambah niat untuk selain Alloh sehingga dengan niat yang kedua ini anda memperbagus amalan anda maka dalam point kedua ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan amalan anda diterima namun ada juga ulama yang mengatakan bahwa amal anda tidak diterima karena adanya campuran niat kepada selain Alloh akan tetapi saya berharap semoga amal anda diterima oleh Alloh.
Dan sebagai muslim yang baik adalah anda untuk meniatkan sejak awal akan perbuatan yang anda lakukan dengan ikhlas karena Alloh dan berusahalah untuk tidak mencampurinya dengan niatan untuk selainnya ketika beramal. Hal ini sebagai wujud sikap kehati-hatian akan status amal kita apakah nantinya akan gugur ataukah diterima. Dan semoga anda paham dengan point ini.
4.Andabermaksud untuk bertaqarrub kepada Alloh namun ada tujuan duniawi yang merupakan konsekuensi logis dari adanya ibadah tersebut. Contohnya, anda maen ditempat sahabat anda dengan niat ikhlas karena Alloh disamping itu juga agar sahabat anda memberi anda makan dan minum dan hal ini bisa jadi sering anda jumpai ditempat kos-kosan anda.
Kemudian dari point ini ada perincian lagi:
Jika yang dominan adalah niat selain ibadah, maka dia tidak mendapatkan pahala akhirat, yang didapatnya hanyalah pahala apa yang dihasilkannya di dunia itu. Saya khawatir malah dia berdosa karena hal itu, sebab dia telah menjadikan ibadah yang semestinya merupakan tujuan yang paling tinggi, sebagai sarana untuk meraih kehidupan duniawi.Jika persentasenya sama saja, tidak ada yang lebih dominan antara niat beribadah dan non ibadah; maka hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Akan tetapi, pendapat yang lebih persis untuk kasus seperti ini adalah sama juga; tidak mendapatkan pahala sebagaimana orang yang beramal karena Allah dan karena selainNya juga.
Perbedaan antara jenis ini dan jenis sebelumnya (jenis kedua), bahwa tujuan yang bukan untuk beribadah pada jenis sebelumnya terjadi secara otomatis. Jadi, keinginannya tercapai melalui perbuatannya tersebut secara otomatis seakan-akan yang dia inginkan adalah konsekuensi logis dari pekerjaan yang bersifat duniawi itu.
Misalnya dari contoh point keempat, bahwa anda maen ditempat sahabat anda dengan niat ikhlas karena Alloh maka anda tidak perlu lagi untuk meniatkan agar anda diberi makanan dan minuman toh secara otomatis jika sahabat anda mengerti adab bagaimana menerima tamu dan jika dia ada (makanan dan minuman) yang akan disuguhkan maka dia akan menjamu anda dengan makanan dan minuman tsb.
Jika anda ditanya"Apa standarisasi pada jenis ini sehingga bisa dikatakan bahwa tujuannya yang lebih dominan adalah beribadah atau bukan beribadah?"
Maka anda bisa menjawab, standarisasinya bahwa dia tidak memperhatikan hal selain ibadah, maka baik hal itu tercapai atau tidak tercapai, telah mengindikasikan bahwa yang lebih dominan padanya adalah niat untuk beribadah, demikian pula sebaliknya.
Contohnya, anda tidak usah memperhatikan atau bahkan meniatkan agar diberi makmin (makan dan minum) oleh sahabat anda dan intinya, anda silaturahmi ke sahabat anda dengan hanya niat ikhlas karena Alloh dan tidak perlu untuk niat yang selain itu.Yang jelas, perkara yangberhubungan denganhati amatlah serius dan begitu urgen sekali. Indikasinya, bisa jadi hal itu dapat membuat seorang hamba Allohmencapai derajatash-Shiddiqinatau derajat orang-orang yang jujur atau derajat yang paling tinggi, dan sebaliknya bisa pula mengembalikannya ke derajat yang paling bawah sekali(karena mencampuri niatnya dengan selain kepada Alloh).
Sebagian ulama berkata, "Tidak pernah diriku berjuang melawan sesuatu melebihi perjuangannya melawan (perbuatan) ikhlas"
Kesimpulannya:
1.Ikhlas karena Alloh adalah syarat pertama diterimanya amal ibadah.
Jika anda ditanya “Mana dalilnya?” Maka anda bisa menjawab “Dalil tentang ikhlas adalah dalam surat al Bayyinah ayat 5 yang artinya ‘Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus’”.
2.Ittiba’ adalah syarat kedua diterimanya sebuah amal ibadah.
Jika anda ditanya lagi “Mana dalilnya?” maka anda bisa menjawab “Dalilnya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari ‘Aisyah bahwamengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak’”.
3.Mulailah dengan niat Ikhlas karena Alloh ketika anda melakukan pekerjaan apapun. Entah itu belajar, makan, berbakti kepada orang tua, sholat, puasa, bergaul dengan teman/dosen, kuliah, menulis di Els, dll.
4.Jangan korbankan amalan anda yang seharusnya diniatkan ikhlas karena Alloh malah diniatkan kepada selain Alloh karena anda bisa mendapat kerugian.
5.2 detik anda mengambilkan pensil teman anda yang jatuh dengan ikhlas itu lebih baik daripada 2 jam anda memberikan solusi berbicara panjang lebar kepada teman anda namun tidak ikhlas dan hanya karena anda ingin dipuji sebagai seorang yang berilmu.
Semoga penjelasan yang singkat ini bisa dipahami dengan benar dan Alhamdulillaah.
Sumber : http://faishal.multiply.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar